Jayapura – SUARA PAPUA
Masyarakat Papua sepertinya belum bisa hidup tenang. Aksi terror lewat sms, isu makanan dan minuman beracun beberapa minggu belakangan ini cukup membuat resah masyarakat dan timbul rasa saling curiga antara penduduk asli dan pendatang. Tidak hanya itu saja, para aktifis HAM Papua, yang sehari –harinya bergelut dengan Human Rights Defender (HRD), juga menerima terror sms yang mengancam jiwa mereka, sehingga membuat repot aparat kepolisian kita.
Dipertengahan September lalu, Mabes Polda Papua yang terletak di Jl Sam Ratulangi APO – Jayapura didatangi para aktifis HAM Papua. Kunjungan mereka ke Polda itu untuk melaporkan pengancaman dan terror atas diri Pastor John Djonga Pr.
Pater John sehari – harinya menjalani tugas pastoralnya di Paroki St Michael Waris Dekenat Keerom sebagai pastor paroki. Pater John merasa dirinya diintimidasi oleh Danpos Kopassus Lettu Usman di Pos Banda.
Sebelum Pater John, aksi terror dan intimidasi juga dialami Ketua Komnas HAM Albert Rumbekwan. Bahkan di peneror menurut kisah Albert sudah berani masuk kedalam rumahnya disaat lampu padam.
Lantas bagaimana tanggapan dari orang nomor satu di Polda Papua, atas rangkaian isu –isu ini. “Jangan terpancing, karena ini hanya kerjaan orang iseng saja,”kata kapolda Papua Irjen Pol Max D Aer.
Sebagai orang nomor satu di jajaran Polda Papua, Kapolda Max menganggap
terror via sms dan issu yang melanda Papua akhir-akhir ini beredar diberbagai daerah bukan dilakukan secara sistematis, namun ini hanya kerjaan orang iseng saja.
Meski demikian, yang pasti tujuannya menciptakan keresahan ditengah-tengah masyarakat.
Untuk itu kapolda mengharapkan masyarakat jangan mudah terpancing dan terprovokasi apalagi sampai termakan isu – isu menyesatkan seperti ini.
Justru harus waspada dengan issu dan teror tersebut dan harus bertanya sebenarnya ada apa dibalik itu semua. Untuk itu peran para tokoh agama, adat dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam menyikapi issu dan terror. Jangan malah ikut menjadi pemicu keresahan masyarakat.
Tentunya para penyebar issu dan teror itu tidak menginginkan Papua aman seperti yang terjadi selama ini. Hingga mereka mencoba mengadu domba masyarakat dengan cara seperti itu.
Akibat issu dan teror, beberapa daerah di Papua sempat mencekam, karena termakan issu. Di Wamena gara-gara issue rokok beracun, warga masyarakat bentrok dan merusak kios milik warga pendatang milik Poltak Pangabean. Kebetulan korban Tettina Elokore (korban) membeli rokok di kios miliknya.
Di Dekai ibukota kabupaten Yahukimo Sabtu malam (22/9) warga setempat membakar kios yang kebetulan milik anggota TNI. Warga mencurigai kios ini menjual air mineral beracun, karena saat dipencet botol langsung bocor. Akibat pembakaran ini tiga rumah disamping kios ikut pula terbakar.
Kabupaten Boven Digul ada issu masyarakat keracunan dari minyak goreng dan rokok, warga pun terpancing dan menyerang aparat kepolisian. Kabupaten Fakfak juga beredar issu makanan beracunan yang hampir berbuntut bentrok antar warga.
Sampai –sampai akibat isu ini, Polda Papua melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan mendatangkan peralatan dari Mabes Polri untuk menelusuri issu dan terror via sms yang melanda Papua sekitar tiga minggu belakangan ini. Peralatan dari Mabes Polri itu nantinya, untuk melacak pelaku terror yang sering mengancam dan menerbaskan issu via sms.
Dan hasilnya tampaknya sudah mulai membuahkan hasil, dimana seperti disampaikan oleh pihak Polda bahwa sudah ada dua orang yang sementara ini diperiksa namun belum bisa di buka keterangan mereka kepada masyarakat.
Senada dengan Kapolda, Dir Reskrim Polda Papua Kombes Pol Paulus Waterpauw, juga mengingatkan isu – isu yang ada ini harus dibuat jangan semakin mengkristal dan harus berhenti sampai disini saja..
Waterpauw yang saat kericuhan di Wamena, kebetulan berada di sana , melihat situasi di Papua ini, pihak kepolisian segera mengantisipasi khususnya dari kepala kesatuan masing-masing untuk mengamati dan mengawasi perkembangan situasi.
“Harus ada himbauan tegas dengan pemprov Papua, sebab di masyarakat ini terlalu banyak terjemahannya dan cepat sekali terpancing. Tetapi dari yang saya amati, mereka masih mendengar, pihak – pihak yang sangat dekat dengan mereka seperti orang yang dituakan atau yang lama berada di situ,”ujarnya.
Untuk itu hendaknya jangan sampai ada lagi peristiwa seperti ini lagi. Bila ada isu atau terror tidak perlu dibesar –besarkan sebelum ada pembuktian yang jelas.
Hanya saja pada derajat masyarakat lapisan yang paling bawah, soal isu – isu seperti ini memang agak susah untuk diredam dan tak pernah berhenti, karena dalam kehidupan masyarakat di Papua ini, seperti dalam satu lingkaran kehidupan yang menyatu, sehingga mudah termakan isu.
Maraknya isu dan ancaman by sms ini, membuat Polresta Jayapura langsung mengeluarkan himbauan agar masyarakat jangan mudah terpancing atau terprovokasi dengan issu atau hasutan yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Seperti issu penculikan maupun keracunan makanan.
“Issu penculikan dan keracunan makanan yang kini marak tidaklah benar. Dari pantauan kita sama sekali tidak ada bukti masyarakat keracunan makanan atau sengaja diracuni,’’ ujar kapolresta Jayapura AKBP Robert Djonso.
Sebagai orang nomor satu di bidang kamtibmas jajaran Polresta Jayapura , ia menegaskan jika masyarakat mendapat issu tersebut, lebih baik menanyakannya langsung kepada pihak berwajib. Sebagai polisi, mereka setiap saat siap melayani.
Masyarakat juga, harus terus menjaga toleransi beragama seperti yang terjalin selama ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar