Subject: Re: [SIYBIndo] REHAT
To: SIYBIndo@yahoogroup s.com
Date: Wednesday, September 17, 2008, 11:08 AM
ada bagusnya... temen2 menulis artikel di millis ini tentang pengalaman-pengalam an yang bisa dijadikan inspirasi, baik dalam berwirausaha maupun menjalani hidup ini,atau permasalahan- permasalahan untuk dijadikan bahan diskusi...okey. ..pak kholili....oke. ...
saya mulai dengan saya
begini... ada temen saya akhir-akhir ini usahanya agak surut karena persaingan2, dll. dan sebetulnya temen saya ini sangat punya banyak ide tentang marketing, dll. tapi teman saya ini, lagi-lagi terganjal UUD (Ujung-Ujungnya Duit), teman saya ini tidak bisa menekan karyawan karena gaji yang diberikan saat ini bisa dibilang "kurang" karena omset turun...karyawannya yang mulai gelisah dan lirik-lirik tetangga, alias mau kabur..., akhirnya temen saya ini bekerja one man show... untuk pemasaran... agar bisa meningkatkan omset dan bisa memenuhi gaji standar kayawannya.. . (sungguh mulia niatnya), tapi lagi-lagi... mentok.. karena tenaga yang dimiliki sangat terbatas...
dari cerita diatas... ada temen yang bisa kasih saran... untuk sama membantu teman saya ini....
salam SIYB...
aly
JAWAB :
FROM : WALHAMRI WAHID
ide bagus tuh Pak Aly !, ia kita jadikan media ini untuk sharing dan berbagi ceirta untuk mencari solusi.
Kalo boleh nimbrung ke dalam soalan yang dihadapi teman Pak Aly, kayaknya itu cerita yang pernah saya alami juga tuh sebagai orang yang mau belajar menjadi enterpreneur.
datanya agak kurang sih, nih usahanya di bidang apa ya ? aku anggap di sektor perdagangannya aja ya ?
persoalannya adalah
1. modal kurang
2. karyawan tidak betah, mau minggat terus
tapi kalo aku baca ceritanya persoalannya bukan di modal aja tuh, bagaimana pemasukannya ? cukup nda untuk menutupi keseluruhan biaya operasionalnya ? ataukah bisa kembali modal nda sampai pada masa tertentu (BEP) nya berapa lama ?
kalo soalannya dua hal diatas menurut pengalaman saya ya, solusi yang bisa kita ambil :
1. modal kurang
a. cari informasi peluang - peluang untuk memperoleh suntikan modal dari pihak ketiga, bisa bank, teman, saudara, atau siapa saja yang menurut kita bersedia dan tertarik untuk membantu kita dalam hal permodalan. dan modal itu akan selalu menghampiri setiap usaha yang memiliki prospek menjanjikan serta punya peluang bagus untuk di kembangkan, jadi hal awal yang perlu dilakukan cobalah buat hitung - hitungan perkiraan pemasukan, pengeluaran dalam sebulan misalnya, dan dengan besaran modal yang sudah ditanamkan saat ini, kira - kira berapa lama akan kembali modal. kalo usahanya prospek pasti deh ada yang tertarik dan mau bergabung memberikan suntikan modal, termasuk juga Bank.
b. perlu dikaji lebih dalam, ini khan bukan usaha baru ya, pasti sudah punya modal, kalo terjadi defisit terus bisa jadi sebenarnya persoalannya adalah tidak adanya keseimbangan, maksud saya lebih besar pengeluaran daripada pemasukan ni. kalo pengeluaran untuk menunjang usaha tidak jadi masalah, tapi yang jadi soal adalah kalo pemasukan usaha dipake untuk pengeluaran pribadi atau urusan lain di luar dari kepentingan usaha, biasanya yang sering terjadi sebenarnya kondisi ini sih.
c. kalo udah diketahui persoalannya dimana pasti deh persoalan modal bukan masalah lagi, ia khan ? karena masalahnya bukan di kekurangan modal, tapi pemanfaatan modal yang kurang tepat, dan untuk usaha yang sedang berjalan kendalanya bukan di modal operasional, biasanya di modal investasi dan pengembangan usaha, dimana produktifitas menururn karena adanya penyusutan alat produksi dan investasi, sedangkan kita tidak mampu saving karena memenuhi keperluan pribadi, jadi kita merasa tekor dan modal habis.
2. masalah karyawan yang mau kabur terus (tidak betah)
a. jangan pernah menganggap karyawan sebagai orang lain, untuk memahami karyawan selama ini saya menggaji diri saya sendiri sehingga saya tahu hal apa dan bagaimana sih seorang karyawan ingin diperlakukan. sebagai seorang pekerja saya akan betah di lingkungan kerja yang menghargai keberadaan saya dulu, walaupun gaji saya besar tapi saya merasa tidak nyaman dengan lingkungannya pasti saya akan berhenti dan keluar, dan itu pernah sayab lakukan, jadi perlakukan karyawan sebagai asset dan berikan penghargaan bukan pujian murahan saban harinya, bagaimana cara sederhana untuk memberikan penghargaan dan menganggap mereka sebagai asseet, berikan mereka tanggung jawab yang terukur dan jelas, sehingga ia bisa mengukur dirinya sendiri apakah ia termasuk karyawan potensial atau karyawan yang malas, kalo dia sudah memahami kekurangan dan kesalahannya sendiri kita akan lebih mudah membina dan mengarahkan mereka.
b. tidak semua karyawan matre alias mengutamakan besaran gaji yang mereka terima, karyawan saya beberapa orang diantaranya berpendidikan sarjana (saya tidak tamat kuliah), mereka terbiasa hidup nyaman di kota dengan fasilitas dari orang tua, bahkan ada yang sudah bekerja di sebuah perusahaan besar dan mapan dengan gaji diatas dari yang saya tawarkan, tapi mereka bersedia dan betah ikut saya, kerja di hutan dengan masyarakat kampung, jauh dari fasilitasm, tidur di atas dipan darurat dengan kasur tipis, masak sendiri atau bergiliran, gaji kadang 3 bulan sekali baru terima, tapi mereka semua enjoy, bahkan ketika ada gejolak di dalam lembaga, mereka loyal kepada saya dan angkat kaki dari lembaga (walau ini contoh yang salah ya dalam sebuah sistem), tapi saya tahu mereka - mereka mau kerja dengan saya karena ada sesuatu "nilai" yang tidak bisa di ukur dengan uang, jadi saran saya kenali dulu dan gali motivasi dari karyawan kita itu. nah untuk yang tipe begini sebaikinya saya sarankan kita memberikan mereka dalam bentuk saham bukan semata - mata gaji, karena mereka akan lebih giat lagi bekerja, sehingga dia akan bekerjsa keras dan sungguh - sungguh karena tahu bahwa usaha ini adalah usaha mereka juga, komposisi bagi hasil di akhir tahunnya di sesuaikan atau di patok target - target dengan sistem yang jelas dan transparan.
c. kaitannya dengan tanggung jawab tadi, coba kita bangun sebuah sistem yang jelas dan tegas, karena bagaimanapun karyawan lebih betah bekerja dalam sebuah sistem yang mampu mengawasi daripada bekerja di bawah tatapan melotot :BOSS: yang tidak mau meninggalkan tempat duduknya, kalo kita udah bangun sistem kita sebagai pemilik (owner) bisa tidur - tidur, jalan - jalan atau buka usaha baru lagi, kalau ada sistem yang jelas dan bagus, maka pembagian tanggung jawab juga jelas, maka karyawan merasa punya tanggung jawab dan merasa di hargai, tapi kalo semua serba semrawut dan tergantung instruksi BOSS saja, dipastikan mereka tidak ada motivasi dan kreatifitasnya tumpul, seperti kerbau yang dicocok hidungnya aja kalo di suruh kerja harus di tarik - tarik atau diteriaki dulu.
sebagai tambahan saya pernah alami seperti teman Pak Aly tuh, saya kurang yakin dengan kemampuan orang sekitar saya, jadi mereka selesai kerja saya koreksi lagi, kasih duduk mereka di depan saya dan saya berlaku seperti seorang yang paling tahu dan paling hebat, atau karena tidak mau jengkel saya ambil alih tugas yang saya berikan ke mreka dan semuanya mau saya tangani, dan apa yang saya terima, karyawan saya tersinggung dan kabur semua, dan saya yang akhirnya kewalahan sendiri, jadi tidak punya waktu untuk jalan - jalan, atau sekedar nonton TV.
Tapi coba kalau teman Pak Aly tuh bangun sistemnya dulu, bagaimana alurnya barang masuk, apa yang harus dilakukan, bahkan saya membuat sistem sampai berapa jumlah uang yang harus di tinggalkan di dalam kas apabila pergantian kasir, misalnya uang kas harus 50.000 dengan rincian 10.000 2 lembar, 5.000 3 lembar, 1.000 harus 20 lembar, ..... emang kesannya bertele - tele tapi semua persoalan tidak ada hambatan, tidak pernah saya dengar mereka teriak - teriak minta uang kecil atau minta tolong dibantu tukarkan uang di tempat lain, itu hanya sebagai ilustrasi dan contoh bagaiman sebuah sistem berjalan dan bekerja.
Kita kadang berpikir, kalo kasih orang lain yang kelola usaha kita, kita bisa di curangi, atau mungkin akan di korupsi akhirnya kikta memilih 10 jam menunggui usaha kita itu,
sebagai ilustrasi, kalo sehari usaha kita berpenghasilan 1.000.000, karena mau hemat kita tidak pake karyawan dan kita kelola sendiri, kita berasumsi kita bisa hemat 600.000 misalnya, berarti dalam setahun kita bisa menghemat pengeluaran 7.200, sehingga penghasilan kita utuh masuk Rp 12.000.000. tapi kita kehilangan waktu untuk kumpul dengan keluarga, tidak punya waktu bersantai, tiba - tiba kita sakit, maka kita punya usaha tutup.
Tapi kalo kita bangun sistem dan percayakan kepada orang dan kita cukup meluangkan waktu 2 - 3 jam untuk mengontrol, sehingga kita punya waktu 7 jam untuk melakukan hal lainnya termasuk membuka usaha dan peluang baru.
seandainya kita bisa membuka usaha baru dengan penghasilan sebulan Rp. 1.000.000 juga, sedangkan penghasilan bersih kita setelah potong gaji dari usaha kita yang pertama, Rp. 4.800.000, jadi dalam setahun penghasilan kita bukan 12.000.000 aja, tapi menjadi
Rp 4.800.000 + Rp. 12.000.000, = 16.800.000/tahun
coba kalo kita mantapkan sistem dari usaha kita yang kedua, dan meluangkan waktu 2 - 3 jam saja untuk mengntrol, dan kita kembali bisa buka usaha baru, berapa penghasilan kita dalam setahun di tahun ketiga ?
di tahun keempat saya yakin kita sudah bisa bersantai, jalan - jalan ke Bali, ke Aceh, ke Papua, dan juga bisa bagi - bagi zakat seperti yang di Pasuruan kemarin, dengan demikian usaha bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuk usaha kita, karena saya yakin tidak ada yang mau menjadi karyawan seumur hidup, dan banyak kasus saya temui teman - teman saya juga merasa sudah menjadi owner, padahal ia bekerja dari pagi sampai malam, dan tidak ada waktu untuk menikmati jerih payahnya, dan yang bekerja dari siang - malam itu hanya pegawai / karyawan, jadi kita jadi karyawan untuk usaha kita sendiri ? capek deh ???
itu aja saran singkat dari saya, tidak terlalu ilmiah saya rasa, tapi berdasarkan apa yang saya alami dan saya rasakan, dan saya juga saat ini sedang belajar menerapkannya karena saya ingin pensiun di usia 30 tahun nanti, setahun lagi ya !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar